By:
Abd Wafi M Syaf
1. Sejarah pergerakan mahasiswa
Sebelum kita membicarakan panjang lebar tentang
strategi dan taktik gerkan ada baiknya kita mengetahui sejarah pergerakan
mahasiswa sepanjang sejarah indonesia, bahwasanya sejarah panjang bangsa ini
dari masa kolonial sampai masa reformasi
tidak lepas dari peran aktif mahasiswa. Catatan sejarah tersebut setidaknya
telah menjadi bukti bahwa mahasiswa selalu menempatkan diri dalam setiap
perubahan historik dan patriotik di negeri ini.
Berdasarkan karakterisitik alamiahnya, pemuda
mahasiswa memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen - elemen
masyarakat lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa
merupakan sosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki
idealisme yang tinggi dalam berjuang , dengan modal intelektual yang dimiliki,
mereka tidak segan - segan untuk menyuarakan kekesalan dan kritik mereka
terhadap siapapun yang mereka anggap menyimpang dari kondisi ideal. Dalam
Sejarah peradaban bangsa Indonesia, ada beberapa catatan peristiwa yang layak
kita pandang sebagai awal mula pergerakan mahasiswa di tanah air. Pergerakan
tersebut bermula pada tahun 1908.
Pada masa
itu,mahasiswa - mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA mendirikan sebuah
wadah pergerakan pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo, dimana
organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Wadah ini merupakan bentuk sikap kritis
mahasiswa tersebut terhadap sistem kolonialisme Belanda yang menurut mereka
sudah selayaknya dilawan dan rakyat harus dibebaskan dari bentuk penguasaan
terhadap sumber daya alam yang dilakukan oleh penjajah terhadap bangsa ini,
walaupun terkesan gerakan yang mereka lakukan masih menunjukkan sifat
primordialisme.
Organisasi ini berdiri
berawal dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang
dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA. Melalui
diskusi itulah mahasiswa - mahasiswa tersebut mulai memikirkan nasib masyarakat
Indonesia yang makin memprihatinkan ditengah kondisi penjajahan dan selalu
dianggap bodoh oleh Belanda, disamping itu diperparah dengan kondisi para
pejabat pemerintahan pada saat itu dari kalangan pribumi (pangreh praja) yang
justru makin menindas rakyatnya demi kepentingan pribadi dan kelanggengan
jabatannya, seperti menarik pajak yang tinggi terhadap rakyat untuk menarik
simpati atasan dan pemerintahan Belanda.
Selain itu, pada tahun
1908 ini juga, mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di perguruan
tinggi di Belanda yaitu Drs. Mhd. Hatta mendirikan organisasi Indische
Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada
tahun 1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu wadah kelompok diskusi
mahasiswa yang kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik.
Sejarah berlanjut pada
periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang
bernama Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi
Indonesia (Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan
kawan - kawannya dari Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif
untuk mendirikan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11
Juli 1925.
Pembentukan kedua
kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan
pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.Kemudian pada
tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia
(PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh
mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan
dalam diri mahasiswa.
Hal tersebut lah yang
kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling
bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober
1928 yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.
Ini semua adalah cikal
bakal munculnya organisasi – organisasi extra kampus dan pergerkan mahasiswa
dalam mengawal perjalanan panjang bangsa ini.
2. Pengertian sarategi dan taktik
gerakan
Strategi
adalah sebuah perencanaan untuk menetapkan dimulainya sebuah gerakan sampai
terwujudnya cita-cita gerakan. Sementara taktik adalah suatu rancangan gerakan
yang bersifat spesifik sebagai bagian dari keseluruhan strategi gerakan yang
dijalankan. Secara mudah bisa dikatakan strategi adalah keseluruhan rencana
gerakan, sedangkan taktik adalah langkah konkrit yang bisa berubah
sewaktu-waktu sesuai perkembangan kondisi yang ada.
Aksi massa adalah suatu metode
perjuangan yang mengandalkan kekuatan massa dalam menekan pemerintah/pengusaha
untuk mencabut atau memberlakukan kebijakan yang tidak dikehendaki massa. Aksi
massa merupakan bentuk perjuangan aktif dalam rangka merubah kebijakan yang
tidak sesuai dengan kehendak massa, oleh karena aksi massa mengambil bentuk
yang paling dekat dengan dinamika sosial yang berjalan dalam masyarakat.
3. Latar Belakang
Psiko-Sosiologis Aksi Massa
Dorongan terpokok yang
melahirkan aksi massa adalah keinginan massa akan perubahan. Tidak bisa
dipungkiri bahwa demonstrasi mahasiswa, aksi rakyat, dan gerakan lain dari
kelompok kepentingan dalam rangka mewujudkan mimpi perubahan.
Manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan mendasar yang harus mendapatkan pemenuhannya. Secara
sosiologis ada tiga kategori kebutuhan:
1. Kebutuhan biologis/primer,
yaitu kebutuhan manusia terhadap hal-hal yang berkaitan langsung dengan jasmani
manusia. Tergolong kebutuhan ini adalah makanan dan minuman, pakaian, bernafas
dan istirahat, dan lain-lain.
2. Tergolong kebutuhan sosial,
yaitu kebutuhan yang mendukung terpenuhinya kebutuhan biologis/primer.
Tergolong kedalam kebutuhan ini adalah pendidikan, rekreasi, komunikasi,
hubungan sosial, dan lain-lain.
3. Kebutuhan spiritual, yaitu kebutuhan-kebutuhan
yang menyangkut kerinduan manusia akan hal-hal yang bersifat kerohanian,
supranatural, dan metafisik. Misalnya kebutuhan akan shalat, kebaktian,
klenteng, dan lain-lain.
Setiap manusia memiliki ketiga
jenis kebutuhan tersebut, karenanya dalam pemenuhannya harus diatur supaya
tidak terjadi penumpukan dan benturan. Peraturan mutlak diperlukan untuk tujuan
keseimbangan dalam masyarakat. Peraturan atau hukumlah yang menentukan batasan
antara hak dan kewajiban antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dalam
kehidupan sosial pranata diperlukan untuk mengatur tata kehidupan antar manusia
dalam masyarakat. Pranata sosial menjadi kebutuhan bersama dan karena itu pula
harus disepakati bersama serta dilaksanakan secara konsisten secara bersama-sama
pula.
Guna perngorganisasian sosial
masyarakat, maka pembuatan, pelaksanaan dan penegakan hukum kemudian diserahkan
pada lembaga yang disepakati. Di desa ada lurah dan LMD; di level daerah ada
walikota/bupati dan DPRD Kota/Kabupaten; di tingkat provinsi ada gubernur dan
DPRD Provinsi; di pusat dikendalikan oleh presiden dan MPR/DPR. Singkat kata,
pelaksana dan penegakan hukum diserahkan ke institusi yang dianggap mewakili
seluruh golongan dalam masyarakat. Proses pemilihan perwakilan rakyat dan pemimpin
eksekutif pada institusi-institusi negara tersebut dalam kerangka demokrasi
lazimnya disebut pemilihan umum.
Namun demikian, walaupun
perwakilan yang duduk pada institusi (trias politika dalam istilah Montesqueu)
dipilih rakyat, tidak mustahil dapat terhindar dari penyimpangan terhadap
aturan-aturan, membuat aturan untuk kepentingannya sendiri dan kelompoknya,
mempertahankan kelangsungan kekuasaan dan mempertahankan status quo. Kelemahan
utama dari sistem demokrasi adalah fasifnya rakyat dalam kebijakan, seolah
rakyat hanya terlibat dalam pemilihan umum semata. Kehilangan kepercayaan
terhadap institusi pemerintah inilah yang menimbulkan jalan lain perjuangan
aspirasi, yaitu jalan ekstra parlementer yang sering mengambil bentuk aksi
massa atau demonstrasi.
Hampir tidak ada aksi massa
yang berjalan spontan. Umumnya aksi massa dipersipkan secara matang, mulai dari
kekuatan massa yang akan terlibat, perangkat aksi, isu dan tuntutan serta
institusi yang dituju. Pada dasarnya aksi massa melalui tahapan sebagai berikut:
4. Persiapan
Gagasan untuk melakukan aksi
massa biasanya lahir dari adanya syarat objektif bahwa isntitusi/lembaga
berwenang tidak tanggap terhadap persoalan yang dihadapi rakyat. Oleh karena
itu diperlukan adanya tekanan (pressure) massa untuk mendorong persoalan
rakyat menjadi perdebatan luas dan terbuka di intra parlemen maupun dimuka
pendapat umum (public opinion) di luar parlemen.
Semua hal yang berkaitan
dengan tekanan mengandalkan kekuatan massa harus dipersiapkan sehingga dapat
berjalan optimal. Persiapan aksi massa berjalan dalam lingkaran-lingkaran
diskusi yang diorientasikan mampu memunculkan:
1. Isu/tuntutan
Isu atau tuntutan yang akan
diangkat dalam aksi massa harus dibicarakan dan diperdebatkan. Penentuan isu
sangat penting karena akan memberi batasan gerak secara keseluruhan dari proses
aksi massa di lapangan.
2. Prakondisi aksi
Prakondisi aksi adalah
aktivitas yang dilakukan sebelum aksi massa berlangsung. Pra kondisi tersebut
biasanya dalam bentuk aksi penyebaran selebaran, penempelan poster, grafiti
action, dst. Tujuan pra kondisi aksi adalah untuk mensosialisasikan rencana
aksi massa beserta isu/tuntutannya, serta memanaskan situasi pada sasaran
kampanye atau sasaran aksi.
5.
Perangkat aksi massa
Perangkat aksi adalah mbagian
kerja partisipan aksi massa. Perangkat aksi massa disesuaikan dengan kebutuhan,
biasanya diperlukan perangkat sebagai berikut:
a.
Koordinator lapangan.
Korlap bertugas memimpin aksi
di lapangan, berhak memberikan instruksi kepada peserta aksi/massa. Keputusan
untuk memulai ataupun membubarkan/mengakhiri aksi massa ditentukan oleh korlap.
Korlap hendaknya orang yang mempunyai kemampuan agitasi, propaganda, orasi dan
komunikatif.
b.
Wakil koordinator lapangan.
Wakorlap adalah pembantu korlap di lapangan
dan berfungsi sama dengan korlap.
c. Divisi Acara
Divisi acara bertugas menyusun
acara yang berlangsung pada saat aksi massa dan bertugas mengatur dan mengemas
jalannya acara agar massa tidak jenuh.
d. Orator. Orator adalah orang
yang bertugas menyampaikan tuntutan-tuntutan aksi massa dalam bahasa orasi,
serta menjadi agitator yang membakar semangat massa.
- Humas. Perangkat aksi yang bertugas menyebarkan seluas-luasnya perihal aksi massa kepada pihak-pihak berkepentingan, terutama pers.
- Negosiator, berfungsi sesuai dengan target dan sasaran aksi. Misalnya pendudukan gedung DPR/DPRD sementara target tersebut tidak dapat tercapai karena dihalangi aparat keamanan, maka negosiator dapat mendatangi komandannya dan melakukan negosiasi agar target aksi dapat tercapai. Karenanya seorang negosiator hendaknya memiliki kemampuan diplomasi.
- Mobilisator. Bertugas memobilisasi massa, menyerukan kepada massa untuk bergabung pada aksi massa yang akan digelar. Kerja mobilisasi massa berlangsung sebelum aksi dilaksanakan.
- Kurir. Berfungsi sebagai penghubung ketika sebuah aksi massa tidak bisa dipastikan hanya dimanfaatkan oleh satu komite aksi atau kelompok saja. Bisa jadi pada saat bersamaan komite aksi lainnya sedang menggelar aksi massa, menuju sasaran yang sama. Oleh karena karena itu untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman diperlukan fungsi kurir untuk menghubungkan kedua atau lebih komite aksi yang menggelar acara yang sama. Selain itu kurir juga berfungsi menjembatani komi aksi-komite aksi agar terjadi penyatuan massa atau aliansi taktis di lapangan. Dalam hal ini kurir bertugas memberikan laporan pada korlap perihal aksi massa yang dilakukan komite aksi lain.
- Advokasi. Perbenturan antara kedua massa dengan aparat keamanan perlu dihindari, akan tetapi jika hal itu terjadi dan berakhir dengan penangkapan terhadap aktivis massa diperlukan peran tim advokasi yang bertugas membela dan memberikan perlindungan hukum terhadap korban.
- Asisten teritorial/keamanan/sweaper/dinamisator lapangan.
Sering terjadi aksi masa
radikal menjadi aksi massa anarkis karena emosi terpancing untuk melakukan
tindakan destruktif. Antisipasi, terhadap kecenderungan semacam ini dilakukan
dengan melengkapi aksi massa dengan perangkat asisten teritorial (aster).
Aster atau disebut juga
keamanan atau sweaper bertugas mencegah terjadinya penyusupan oleh pihak luar
yang bertujuan memperkeruh suasana. Tugasnya mengamati kondisi massa. Selain
itu juga aster berfungsi mengagitasi massa dengan yel-yel dan lagu-lagu
perjuangan agar aksi massa tetap tampil semangat.
- Logistic dan medical rescue.
Perangkat logistic bertugas
menyediakan perlengkapan-perlengkapan fisik yang diperlukan dalam aksi massa
seperti spanduk, poster, selebaran, pengeras suara, dan pernyataan sikap.
Sedangkan medical rescue bertugas menyediakan obat-obatan dan memberikan bantan
p3k terhadap masa yang kesehatan fisiknya terganggu ketika aksi massa
berlangsung.
- Dokumentasi
Divisi ini bertugas
mengabadikan penyelenggaraan aksi massa dalam bentuk gambar atau dalam bentuk
tulisan kronologi.
- Sentral informasi
Sentral informasi adalah nomor
telepon yang dijaga oleh seseorang yang bertugas mendapatkan dan memberikan
informasi tentang kondisi masa, situasi lapangan, sampai dengan informasi-informasi
lainya.
6.
Kelengkapan Aksi Massa.
selain kelengkapan struktur
berupa perangkat aksi massa, dibutuhkan pula kelengkapan material yang berupa
instrumen aksi massa.
a.
Poster adalah kertas ukuran lebar yang bertuliskan tuntutan aksi massa dipermukaanya.
Poster berisi tuntutan aksi yang ditulis tebal dengan spidol atau cat agar
jelas dibaca oleh massa ditulis dengan singkat dan jelas.
b.
Spanduk adalah bentangan kain yang ditulis tuntutan-tuntutan atau nama
komite aksi yang sedang menggelar aksi massa.
c.
Selebaran adalah lembaran kertas yang memuat informasi agitasi dan
propaganda kepada massa yang lebih luas agar memberikan dukungan terhadap aksi
massa.
d.
Pengeras suara adalah perangkat keras elektronika yang berfungsi
memperbesa suara.
e.
Pernyataan sikap/statemen adalah pernyataan tertulis yang memberikan
gambaran sikap massa terhadap satu kebijakan satu institusi/perorangan
dibacakan dibagian akhir proses aksi massa. Penyusunannya dilakukan oleh humas
atau dvisi logistik.
- Nama komite aksi
Aksi massa meskipun bersifat
temporer, tetap membutuhkan nama sebagai identitas pelaksana kegiatan. Nama
komite aksi harus ditentukan, baik melalui perdebatan pada saat persiapan aksi
massa. Apalagi kalau aksi massa merupakan tindakan bersama dari beberapa
kelompok/orgaisasi, nama komite mutlak dibutuhkan agar tidak terjadi klaim dan
kesalahpahaman antar organisasi.
Namun demikian komite aksi
yang profesional persoalan nama sudah tidak menjadi hal penting yang perlu
dibicarakan apalagi diperdebatkan, karena hanya akan memakan waktu yang sia-sia
saja. Beberapa organisasi yang namanya sudah populer dan mapan tak perlu
merumuskan nama komite aksi karena hal yang demikian tidak lagi menjadi
kebutuhan.
a.
Massa persiapan aksi
Kehadiran massa
dalam jumlah yang massif dalam aksi massa merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan aksi massa. Semakin besar kemampuan aksi suatu komite aksi dalam
hal mobilisasi massa untuk memberikan support akan semakin memberikan
kontribusi positif terhadap aksi massa. Maka pada tahap persiapan aksi massa
dipersiapkan perangkat aksi/divisi khusus bekerja memobilisasi sebelum aksi
berlangsung.
b.
Target aksi
Target aksi
adalah tujuan-tujuan minimal dan maksimal yang akan diraih dalam aksi massa
tersebut. Misalnya aksi massa dengan target membangun persatuan dan solidaritas
target mengkampanyekan isu/tuntutan, target memenangkan tuntutan dll.
c.
Sasaran dan waktu
Mobilisasi
massa akan diarahkan kemana senantiasa dibicarakan dalam pra aksi massa.
Instansi atau lokasi yang dituju disesuaikan dengan isu isi tuntutan yang
diangkat. Oleh karena itu ditentukan pula metode aksi massa yang diterapkan:
rally dari satu titik awal menuju sasaran atau massa langsung memobilisasi
kesasaran tujuan.
Sedangkan waktu
aksi ditentukan berdasarkan kebutuhan yang paling mungkin dengan segala
pertimbangan seperi basis massa, sasaran aksi massa, jika basis massa
direncanakan mahasiswa, maka aksi diselenggarakan pada hari libur mahasiswa,
begitu pula dengan sasaran kantor-kantor pemerintah indonesia aktif dari senin
hingga jumat dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 maka aksi tidak menarik jika
dilaksanakan diluar waktu tersebut misalnya pada hari sabtu dan minggu dan
tanggal merah lainya.momentum aksi massa yang jelas sangat menentukan. Aksi pada
satu momentum bersejarah akan membuka kembali memori massa akan satu peristiwa
yang tidak dihendaki terjadi oleh semua. Maka momentum dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
8.
Pelaksanaan aksi massa/
demonstrasi
Pada saat aksi massa
dilakukan, segala tindakan massa di setting sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan para perangkat yang telah diberi tugas. Semua bekerja sesuai dengan
tugas yang telah disepakati bersama dalam
persiapan sebelum aksi massa digelar. penyimpangan terhadap
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat bersama akan dikoreksi pada saat
forum evaluasi diadakan.
- Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir
dari rangkaian aksi massa. Merupakan forum atau wadah tempat mengoreksi
kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dilapangan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan setting aksi massa yang telah disepakati
bersama. Evaluasi ini berfungsi melahirka ide-ide baru yang dapat membagun
struktur pemikiran alternatif terhadap pola aksi yang telah dilaksanakan oleh
komite aksi.dialektika pola aksi massa justru dapat terungkap ketika evaluasi
terhadap pelaksanaan aksi masa digelar.
10. Penutup
Aksi massa atau sering disebut
demontsrasi telah marak di indonesia sejak periode akhir kejayaan rejim
soeharto. Fenomena aksi massa ini tidaklah lahir secara spontanitas belaka,
kemunculanya lebih dilatar belakangi oleh latar belakang sosiologis dan
psikologis massa yang tidak puas terhadap keadaan sosial yang meligkupinya.
Keadaan sosial tersebut disebabkan oleh sistem sosial, ekonomi, politik dan
kompleksitas sistem yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar